Selasa, 02 Desember 2008

PEMASARAN STRATEGIS LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

PEMASARAN STRATEGIS LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Oleh: Muhammad Asrori Ardiansyah
(Mahasiswa Pascasarjana UIN Malang)
Sumber: http://alumnigontor.blogspot.com

Pendahuluan
Akhir-akhir ini, kita sering membaca spanduk sekolah di mana-mana dengan retorika pemasaran keunggulan tertulis Lulus Unas Seratus Persen. Kemudian di dalam spanduk tersebut ditambah dengan kata-kata yang menerangkan rangking dalam suatu wilayah kota sekolah tersebut berada. Tindakan ini tentunya tidak bisa dilakukan oleh sekolah swasta lain yang kebetulan lulusan Unasnya kurang dari seratus persen. Ini berbeda dengan retorika pemasaran institusi pendidikan pada masa-masa sebelumnya.
Dalam era global dan pasar bebas sekarang ini dunia pendidikan ikut terpengaruh dalam suasana kompetitif. Hal ini ditunjukkan dengan upaya-upaya kreatif dan inovatif para pelaku pendidikan untuk terus menggali “Keunikan dan Keunggulan” masing-masing sekolah agar semakin dibutuhkan dan diminati oleh masyarakat pemakai jasa pendidikan. Masuknya sekolah-sekolah unggulan berkurikulum internasional dan lahirnya sekolah-sekolah negeri/swasta yang menawarkan keunggulan fasilitas, bahkan dengan biaya yang relatif terjangkau, menambah maraknya persaingan dunia pendidikan khususnya pada lembaga pendidikan Islam, seperti sekolah Islam/madrasah unggulan dan terpadu yang akhir-akhir ini kian marak. Kegiatan marketing/pemasaran dalam dunia pendidikan yang dulu dipandang tabu karena berbau bisnis dan cenderung profit oriented sekarang sudah dilaksanakan secara terbuka dan terang-terangan.


Pola kompetisi pasar mengharuskan para pelaku dunia pendidikan berlomba-lomba berkompetisi untuk membawa sekolah masing-masing mendekat kepada ‘Target Market’ dengan berbagai upaya promosi. Telah banyak sekolah/madrasah yang belakangan ini mulai merasakan dampak ketatnya persaingan tersebut. Hal nyata yang terlihat adalah menurunnya animo pendaftar, bahkan di beberapa sekolah terjadi penurunan jumlah siswa yang diterima secara drastis akibat semakin banyaknya tersedia alternatif pilihan sekolah dengan keunggulan masing-masing. Apabila sekolah-sekolah Islam/madrasah tidak memiliki profil yang jelas dan market mantap maka akan sangat mungkin untuk tergilas menjadi korban hukum pasar dunia pendidikan. Telah lama disadari bahwa umat Islam harus berlari dan berpacu dengan sekolah-sekolah lain agar tidak tertinggal. Sebagaimana kita tahu bahwa mayoritas sekolah Islam masih jauh tertinggal dibanding sekolah lainnya. Apalagi madrasah yang mayoritas swasta dan dikelola secara apa adanya. Ini tentu menjadi PR yang perlu segera diselesaikan oleh para manajer pendidikan Islam.
Fenomena lembaga pendidikan Islam ini masih diperparah oleh kebijakan pemerintah yang dalam beberapa hal masih memberatkan status negeri dan swasta. Pembedaan kebijakan antara sekolah negeri dan swasta dirasa memberatkan dan lambat-laun akan mematikan daur hidup sekolah-sekolah swasta yang notabene adalah mitra pemerintah dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai tujuan negara di dalam UUD 1945. Faktanya siswa yang bersekolah di sekolah swasta, terlebih di madrasah, lebih banyak dibandingkan yang bejalajar di sekolah negeri dan kebanyakan pula mereka berlatar belakang dari keluarga kurang mampu secara finansial. Padahal, mereka juga anak bangsa yang berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Mencermati fenomena di atas, sudah saatnya bagi lembaga pendidikan Islam untuk bangkit. Lembaga-lembaga pendidikan Islam perlu untuk mengadopsi beberapa terobosan yang telah dilakukan oleh beberapa sekolah-sekolah Islam yang telah terlebih dahulu berupaya memajukan lebaga pendidikannya.
Di samping itu, untuk mengantisipasi persaingan antar lembaga pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan Islam perlu untuk melakukan terobosan-terobosan, khususnya usaha-usaha nyata yang dapat diwujudkan demi memasarkan lembaga pendidikan Islam, baik sekolah, madrasah, ataupun pesantren yang pasarnya telah banyak direbut oleh lembaga pendidikan umum bahkan lembaga pendidikan nonmuslim. Kebutuhan akan upaya jitu meraih pasar mejadi kebutuhan urgen semua lembaga pendidikan Islam demi mempertahankan eksistensi lembaga pendidikan Islam.

1. Hubungan Humas dan Pemasaran
Hubungan Masyarakat (public relations) adalah suatu kegiatan organisasi untuk menciptakan dan memelihara hubungan-hubungan yang sehat dan produktif dengan publik tertentu sehingga terdapat persesuaian dengan lingkungan sekelilingnya yang berkepentingan (stake holders). Kegiatan humas juga bertujuan untuk memperoleh goodwill, kepercayaan, saling pengertian, dan citra yang baik dari publik/masyarakat.
Untuk mencapai tujuan kegiatan di atas, para pakar humas banyak yang menyatakan pentingnya bidang pemasaran dalam humas. Sebagaimana diungkapkan oleh John Tondowidjojo bahwa salah satu bidang humas adalah pemasaran. Menurutnya, Pemasaran dalam humas meliputi kegiatan-kegiatan sistematis dalam suatu usaha untuk menentukan perencanaan, harga promosi, distribusi produk, serta pelayanan dan kesejahteraan. Produk maupun pelayanan harus memuaskan pelanggan, baik sekarang maupun yang akan datang, di samping dekat dengan kegiatan pemasaran dan periklanan, humas sangat dekat dengan promosi. Untuk itu, hasil penelitian pasar sangat bermanfaat bagi kegiatan-kegiatan humas.
Rachmadi menyatakan bahwa usaha pemasaran yang dilakukan oleh humas tidak sebatas pada pemasaran barang dan jasa komersial saja, melainkan juga untuk mempromosikan tercapainya tujuan-tujuan sosial ekonomi dan sosial budaya yang kita kenal sebagai social marketing. Adapun tujuan komunikasi pemasaran adalah terciptanya franchise yang lebih baik bagi barang, jasa atau lembaga yang dikomunikasikan. Dengan usaha yang maksimal dari public relation, franchise yang baik tersebut tidak hanya muncul dari para konsumen, melainkan juga dari pihak ketiga seperti media massa, pemerintah dan sebagainya.
Mengacu pada usaha pemasaran humas di atas, humas lembaga pendidikan Islam juga memerlukan promosi kepada masyarakat guna mencapai tujuan pendidikan yang diupayakan serta tujuan lembaga pendidikan Islam itu sendiri. Dengan memaksimalkan promosi ini, lembaga pendidikan Islam, baik madrasah ataupun pesantren dapat merubah atau menciptakan persepsi-persepsi baru pada masyarakat tentang lembaga pendidikan Islam dan proses pendidikan yang diupayakannya.

2. Pengertian Pemasaran Strategis
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan pertukaran. Pemasaran juga dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengarah pada proses penciptaan, penawaran, dan perubahan values dari pembuat/inisiator kepada stake holders.
Adapun pemasaran strategis secara substantif berbeda dengan pemasaran (atau manajemen pemasaran) pada umumnya dalam beberapa aspek seperti kerangka waktu, proses keputusan, hubungan dengan lingkungan dan lainnya. Aspek waktu dari manajemen pemasaran bersifat jangka pendek dan keputusan yang diambil berkaitan dengan waktu tertentu, proses keputusan cenderung top-down, serta lingkungan dianggap konstan. Sedangkan pemasaran strategis bersifat jangka panjang dan keputusan yang diambil memiliki implikasi jangka panjang, proses keputusan cenderung bottom-up, serta lingkungan dianggap sering berubah dan dinamis.
Senada dengan uraian di atas, strategic marketing adalah pemasaran yang berusaha untuk memperhatikan empat hal (the strategic 4-c), yaitu Company, customer, competetion dan change. Dalam proses strategic marketing, keempat hal tersebut menjadi perhatian dan pertimbangan terpenting.
Jadi, pemasaran strategis adalah proses penciptaan, penawaran, dan perubahan values dari inisiator kepada stake holders yang mempertimbangkan semua aspek yang diperlukan pemasar dan memiliki implikasi jangka panjang.

3. Evolusi Pemasaran Lembaga Pendidikan Islam
Saat ini masih jarang kita temukan lembaga pendidikan Islam (LPI) yang secara terbuka memasarkan lembaga pendidikan yang dikelolanya, hal ini lebih dikarenakan anggapan bahwa pendidikan bukan produk yang patut untuk dikomersilkan. Padahal, dalam sejarah pemasaran di lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan modern, proses pemasaran lembaga pendidikan telah banyak dilakukan dan dikembangkan.
Menurut Zulkarnain Nasution ada 6 evolusi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pendidikan, terutama terkait dengan penerimaan siswa/santri baru, yakni: tahap pertama, pemasaran tidak diperlukan; tahap kedua, pemasaran adalah promosi; tahap ketiga, pemasaran adalah segmentasi pasar; tahap keempat, pemasaran adalah penentuan posisi; tahap kelima, perencanaan strategi; dan tahap keenam, pemasaran adalah manajemen penerimaan siswa/santri baru.
Untuk lebih jelasnya, penulis uraikan enam tahapan tersebut sebagai berikut:
a. Pemasaran tidak diperlukan. Hal ini lebih dikarenakan adanya anggapan bahwa LPI adalah badan sosial sehingga tidak memerlukan pemasaran. Anggapan seperti ini masih menjadi pandangan umum pengelola LPI, terlebih bagi pesantren yang selama ini lebih mengedepankan ”etika” dalam mensosialisasikan lembaga pendidikannya.
b. Pemasaran adalah promosi. Ketika sebuah LPI menyadari bahwa untuk menarik siswa/santri baru diperlukan sosialisasi yang lebih, maka pada saat itulah diupayakan promosi kepada masyarakat agar mengenal lembaga pendidikan yang sedang diselenggarakannya. Jadi, yang mendasari adanya promosi adalah adanya anggapan bahwa masyarakat tidak mengetahui LPI tersebut, karenanya diperlukan unit/bagian informasi tentang pelayanan masyarakat yang salah satunya menangani publikasi dan informasi penerimaan siswa/santri. Upaya promosi ini dilakukan melalui media, seperti brosur, pamflet, banner, poster, surat kabar, media tatap muka, dan sebagainya.
c. Pemasaran adalah segmentasi pasar. Pada tahap ini sebuah LPI telah mengetahui dengan pasti posisinya dalam pasar. Dengan demikian pemasaran dilakukan dengan memfokuskan pada konsumen pada segmen tertentu sebagaimana dibidik oleh LPI tersebut. Dalam tahap ini humas LPI perlu untuk mengadakan penelitian terkait dengan segmen pasar yang dibidik.
d. Pemasaran adalah menetapkan posisi. Pada tahap ini sebuah LPI telah mengembangkan penelitian pasar yang diharapkan berguna untuk mencari basis basis baru untuk unggul dalam persaingan dalam menjaring siswa/santri baru. Pada tahap ini sebuah LPI telah melihat peluang untuk memposisikan diri di antara berbagai lembaga pendidikan lainnya yang sejenis. Memposisikan diri dalam hal ini membuat lembaga pendidikan tersebut berbeda dengan para pesaingnya yang menyebabkannya mempunyai keistimewaan tersendiri sehingga layak untuk dipilih.
e. Perencanaan strategis. Pada tahap ini sebuah LPI menyadari bahwa perubahan situasi dan kondisi di luar lembaga pendidikan telah mengubah citra, posisi, dan program LPI yang mencakup kemampuan menarik siswa dan pelayanan menjadi menurun. Hal ini wajar mengingat turunnya minat siswa/santri bukan hanya karena persaingan, namun juga beberapa faktor lain seperti kondisi ekonomi, demografi, perubahan tujuan pendidikan (seperti: keinginan cepat dapat pekerjaan) dan sebagainya.
Dengan demikian sebuah LPI perlu untuk memperluas perencanaan dengan mengidentifikasi kecenderungan pokok kemudian menyesuaikan diri dengan kecenderungan tersebut. Berikutnya, LPI tersebut mengubah visi, program, dan kegiatan lainnya untuk dapat menyesuaikan dengan kecenderungan tersebut.
f. Pemasaran merupakan penerimaan siswa/santri baru. Setelah semua tahapan tersebut di atas, pada tahap terakhir ini pemasaran lembaga pendidikan telah mengerucut pada inti dari pemasaran ini sendiri, yaitu untuk menjaring siswa/santri baru dan memberikan layanan terbaik yang memuaskan sehingga memberikan peluang kepada mereka untuk menjadi rekan dalam memasarkan lembaga pendidikan tersebut.

4. Konsep Pemasaran Strategis Lembaga Pendidikan Islam
Proses pemasaran strategis meliputi empat tahapan, yaitu: analisis situasi strategis, penyusunan strategi pemasaran, pengembangan program pemasaran, serta implementasi dan pengendalian strategi pemasaran.
a. Marketing Situation Analysis merupakan suatu proses pengumpulan informasi tentang analisis pasar, analisis jasa, dan keadaan persaingan. Analisis persaingan perlu dilakukan dalam hal strategi yang digunakan oleh lembaga pendidikan sejenis serta kekuatan dan kekurangan mereka.
Analisa situasi strategis adalah tahap awal dalam membuat rencana pemasaran. Strategi utama adalah analisa SWOT: identifikasi terhadap Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weakness), Kesempatan (Opportunity) dan Ancaman (Threat) yang dihadapi sekolah.
Merujuk pada Hollensen (2003), Sudarto Murtaufik menunjukkan bahwa terdapat beberapa kondisi penting yang menyokong analisa SWOT yang efektif di antaranya:
1) Persoalan internal akan terkait dengan Kekuatan dan Kelemahan, sedangkan persoalan eksternal akan terkait dengan Kesempatan dan Ancaman. Dimensi internal dan eksternal dari sebuah analisa harus dipertimbangkan secara terpisah sehingga kerancuan yang timbul antara keduanya dapat dihilangkan.
2) Kekuatan harus dipasangkan dengan Kesempatan (S → O); Kekuatan (internal) harus diubah menjadi Kemampuan (Capabilities) dengan dipasangkan dengan Kesempatan yang tersedia (eksternal/lingkungan)
3) Kelemahan harus diubah menjadi Kekuatan (W → S) melalui investasi strategis dalam pengembangan internal lembaga pendidikan, contoh: proyek pelatihan staf dan guru.
4) Ancaman harus diubah menjadi Kesempatan (T → O) melalui penyesuaian terhadap kekuatan kompetitif di dalam lingkungan eksternal, contoh: Sulitnya alumni lembaga pendidikan Islam untuk mendapatkan pekerjaan, ancaman tersebut dapat dirubah menjadi kesempatan dengan mengupayakan proyek yang ditujukan menciptakan program pendidikan baru melalui perencanaan proyek bersama dengan instansi ketenagakerjaan.

b. Designing Marketing Strategy berarti lembaga harus mengatur penetepan dan pencapaian target pasar, menetapkan Positioning atau keterpaduan antara kualitas jasa, saluran distribusi, harga, dan promosi atau lebih dikenal dengan bauran pemasaran.
Pada tahap ini kita akan memilih dari sejumlah pendekatan yang ada untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Untuk itu ada tiga elemen yang diperlukan untuk membuat desain strategi pemasaran, yaitu:
1) Strategi Target Pasar, memutuskan segmen mana dari pasar yang akan menjadi target.
2) Strategi Posisi Kompetitif, mendasarkan penyediaan pada keistimewaan dan kekuatan relatif yang dimiliki institusi, yang memastikan kekompetitifan institusi.
3) Strategi Campuran, mengidentifikasi unsur-unsur tertentu yang dapat dipromosikan atau berkontribusi besar dalam pemasaran oleh lembaga pendidikan, kemudian disebut sebagai 4 P. Strategi campuran ini terdiri dari empat komponen dasar; produk (Product), tempat (Place), harga (Price) dan promosi (Promotion). Namun untuk sektor jasa, yang di dalamnya termasuk pendidikan, komponen-komponen tersebut diperluas menjadi 7 (tujuh), yaitu : orang (Person), proses (Process) dan bukti (Proof).
Untuk lebih jelasnya penulis paparkan uraian ketujuh hal tersebut di atas:
1) Produk
Diartikan sebagai fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan oleh lembaga.
2) Harga
Diartikan dalam hal costing (pembiayaan) dengan membandingkan antara pengeluaran dengan keuntungan yang akan didapat pelanggan dan pemberian pricing (harga), harga yang dimaksud adalah biaya yang dibebankan pada pelanggan.
3) Tempat
Diartikan baik sebagai kemudahan akses dan penampilan serta kondisi keseluruhan.
4) Promosi
Hal ini berkaitan dengan kemampuan mengkomunikasikan manfaat yang didapat dari lembaga bagi pelanggan potensial.
5) Orang
Orang-orang ini adalah yang terlibat dalam menyediakan jasa.
6) Proses
Proses adalah sistem operasional untuk mengatur pemasaran, dengan implikasi yang jelas terhadap penempatan pegawai dengan pembagian tanggung jawab untuk mengkoordinasikan dan mencari sumber daya bagi strategi pemasaran sekolah.
7) Bukti
Diartikan sebagai bukti yang menunjukkan bahwa pelanggan akan mendapatkan manfaat, karenanya memunculkan pertanyaan mengenai pengawasan dan evaluasi.

c. Marketing Porgram Development merupakan pengembangan dan peningkatan program pemasaran, hal ini ditunjang oleh alokasi dana dan sumber daya manusia. Pada tahap program pemasaran yang telah dan/atau akan dilaksanakan perlu dikembangkan. Misalnya program pembuatan tabloid sekolah yang dikembangkan menjadi majalah sekolah.

d. Implementing and Managing Marketing Strategy adalah penerapan dan pengaturan strategi pemasaran. Dalam hal ini perlu diatur organisasi pemasaran dengan menempatkan orang yang kompeten dan bertanggung jawab dalam merencanakan, menggerakkan, mengevaluasi, dan mengawasi strategi pemasaran.

5. Realisasi Pemasaran Strategis Lembaga Pendidikan Islam
Setelah mengetahui konsep pemasaran strategis LPI selanjutnya perlu melakukan aksi dalam rangka mewujudkan ide-ide pemasaran yang telah dicanangkan. Pada hakekatnya pemasaran LPI dapat menggunakan berbagai macam media yang dianggap mendukung terwujudnya tujuan pemasaran sebagaimana yang diinginkan. Namun pada makalah ini penulis berupaya memberikan beberapa aksi praktis dari pemasaran LPI yang meliputi:
a. Penerbitan majalah
Berdasarkan publik sasaran yang dituju, majalah dapat diklasifikasikan kepada majalah intern (intrenal magazine) , ekstren (external magazine) dan ekstren-intern (external-internal magazine). Penerbitannya harus direncanakan secara matang baik mengenai penentuan jenis majalah, penentuan pemred, staf redaksi, biaya, kertas dan percetakannya.
Terkait dengan penerbitan majalah ini kita telah melihat beberapa LPI yang telah melaksanakan program ini, sebagaimana yang telah dilakukan oleh YLPI Al Hikmah Surabaya dan Pondok Modern Darussalam Gontor.
b. Pembuatan rubrik di radio, film dokumenter, album lagu, dan sebagainya
Sebuah LPI dapat mempromosikan lembaganya dengan cara memfungsikan media elektronik, seperti radio, televisi, album lagu dan sebagainya. Sebagai contoh, siswa SMP alternatif Qaryah Tayyibah telah membuat album lagu hasil karya mereka, di samping itu mereka juga telah bekerja sama dengan salah satu stasiun TV swasta untuk membuat film dokumenter yang menggambarkan tentang lembaga pendidikan tersebut.
c. Penyelenggaraan pameran
Pameran merupakan cara paling efektif untuk penerangan dan pendidikan. Dalam penyelenggaraan pemeran, usaha membangkitkan/ menarik perhatian (attention arousing) merupakan hal yang urgen, karena bagaimanapun bagusnya suatu barang/jasa yang dipamerkan bila publik tidak menaruh perhatian dan ketertarikan maka semua usaha akan sia-sia.
Untuk itu, dalam menyelenggarakan atau mengikuti pameran sebuah LPI hendaknya menampilkan sesuatu yang berbeda dari kompetitornya, misalnya dengan menampilkan group nasyid sekolah/pesantren.
d. Menggunakan Media Massa
Dalam penggunaan media massa ini, bagian pemasaran dapat melakukan kegiatan publisitas dan periklanan.
1). Publisitas
Publisitas adalah tugas atau kegiatan untuk menceritakan kepada masyarakat luas tentang hasil produksi atau jasa perusahaan. Pengertian lain dari publisitas adalah dampak dari diketahuinya suatu informasi. Di sini Jefkins menyatakan perlunya publisitas sebagai media pencitraan yang baik bagi organisasi atau lembaga yang dipasarkan.
2). Periklanan
Iklan humas adalah iklan yang ditujukan kepada masyarakat yang ditujukan untuk menjelaskan tentang suatu hal yang menyangkut pelayanannya.

PENUTUP
Pemasaran lembaga pendidikan Islam adalah serangkaian kegiatan yang sistematis, terencana, berkesinambungan dan sesuai dengan visi dan misi lembaga guna menarik minat serta mendapat kepercayaan dan loyalitas dari masyarakat dalam hal penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan. Tujuan dari strategi pemasaran lembaga pendidikan Islam tidak hanya menarik siswa untuk menjadi peserta didik, akan tetapi juga peningkatan sumber keuangan dan pengelolaan sumber daya manusia agar berkualitas dan kompetetif.
Proses pemasaran strategis meliputi empat tahapan, yaitu: analisis situasi strategis, penyusunan strategi pemasaran, pengembangan program pemasaran, serta implementasi dan pengendalian strategi pemasaran.
Dari proses itu tim humas perlu untuk mengejawantahkan beberapa programnya dalam realisasi pemasaran bagi lembaga pendidikannya, di antaranya melalui penerbitan majalah, pembuatan film dokumenter, pembuatan album, periklanan dan sebagainya.
Hingga saat ini belum banyak lembaga pendidikan Islam yang secara terbuka memasarkan lembaga pendidikannya. Untuk itu, di penutup makalah ini penulis menyarankan kepada para calon manajer pendidikan Islam untuk dapat memahami dan menjelaskan pentingnya pemasaran bagi kelangsungan lembaga pendidikan Islam di masa kini dan akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Boyd, Harper W. 2004. Manajemen Pemasaran: Suatu Pendekatan Strategis Dengan Orientasi Global, Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Deden Komar Priyatna. Teori-Teori Pemasaran. (diakses pada 29 Mei 2008).
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Human Relation dan Public Relation. Bandung: Mandar Maju.
Jefkins, Frank. 1992. Public Relation. Jakarta: Erlangga.
Kartajaya, Hermawan, et.al. 2005. MarkPlus on Strategy. Jakarta: Gramedia.
Kusumastuti, Frida. 2004. Dasar-Dasar Humas. Bogor: Ghalia Indonesia dan UMM Press.
Murtaufik, Sudarto. Pemasaran Pesantren. http://www.bangjay.com, (diakses pada 29 Mei 2008).
Nasution, Zulkarnain. 2006. Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan: Konsep, Fenomena dan Aplikasinya. Malang: UMM Press.
Nurcholiq, M. 2005. “Manajemen Pemasaran Lembaga Pendidikan Islam: Studi Kasus STAI Ma’had ‘Ali Al-Hikam Malang,” Tesis Magister. Malang: UIN Malang.
Rachmadi, F. 1996. Public Relation Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Siswanto, Bambang. 1992. Hubungan Masyarakat: Teori dan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara.
Tondowidjojo, John. 2004. Dasar dan Arah Public Relation. Jakarta: Grasindo.
Wasesa, Silih Agung. 2005. Strategi Public Relations. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

0 Comments:

blogger templates | Make Money Online